(S M 8/6) - Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) yang lebih dikenal dengan sebutan Indobatt (Indonesian Battalion) siap melaksanakan tugas sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian di wilayah Lebanon Selatan sesuai dengan Resolusi DK PBB No 1701. Salah satu tugas pokok yang tercantum dalam Resolusi tersebut adalah memastikan dan mengawasi pelaksanaan penghentian permusuhan antar pihak-pihak yang bertikai.
Guna mengawasi pelaksanaan penghentian permusuhan tersebut, Indobatt melaksanakan kegiatan operasional berupa patroli Observation Post (OP) dan Check Point (CP), baik yang dilaksanakan sendiri maupun bersama dengan Lebanese Armed Forces (LAF). Di wilayah yang menjadi tanggung jawab Indobatt (Area of Operation), kegiatan operasional tersebut dilaksanakan oleh kompi-kompi yang adalah sebagai ujung tombak perjuangan Indobatt dalam misi perdamaian di Lebanon Selatan.
Dalam wawancaranya dengan Pen Satgas, Komandan Satgas Batalyon Mekanis XXIII-D/UNIFIL Letkol Inf Andi Perdana Kahar dengan didampingi Kepala Staf Operasi Indobatt Kapten Inf Arfan Johan menjelaskan panjang-lebar bagaimana kiprah pengabdian Indobatt dalam mengemban amanah PBB ini. Sesuai dengan rute dan Check point yang telah ditentukan dalam Area of Operation masing-masing kompi, tim patroli Indobatt senantiasa memantau perkembangan situasi yang terjadi dan kemudian melaporkan hal-hal menonjol kepada Sector East UNIFIL selaku satuan komando atas.
Selanjutnya Dansatgas mengatakan, kegiatan patroli, Check Point maupun OP ini dilaksanakan oleh satu regu berkekuatan sepuluh sampai dengan dua belas personel dipimpin oleh satu orang pejabat Komandan Regu. Dengan dilengkapi perlengkapan sesuai dengan program tetap yakni senjata, rompi, helm dan goggle, termasuk peta, kompas, teropong, GPS, alat komunikasi serta alat pengambilan dokumentasi apabila terjadi hal-hal yang memerlukan pembuktian untuk pelaporannya ke tingkat lebih atas. Patroli selalu menggunakan dua kendaraan tempur (VAB) yang dilengkapi dengan bendera United Nations sebagai identitas Pasukan Perdamaian PBB.
“Intensitas jumlah patroli yang dilaksanakan oleh kompi-kompi ini disesuaikan dengan tingkat level status atau tingkat kesiapsiagaan yang berlaku. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah patroli yang akan tergelar, sekaligus menunjukkan tingkat kerawanan yang terjadi di area operasi”, ujar Letkol Inf Andi Perdana Kahar lulusan Akmil tahun 1992 ini.
Selain patroli rutin yang dilaksanakan sendiri oleh kompi dalam bentuk Batallion Patrol (BAP), Patrol Around Position (PAP) dan Area Domination Patrol (ADP), terdapat pula patroli gabungan yang dilaksanakan bersama LAF dalam bentuk patroli Counter Rocket Launching Operation (CRLO). Dengan menggunakan kendaraan ringan dalam rangka mencegah terjadinya peluncuran roket di area operasi, sekaligus untuk meningkatkan kerjasama dalam kegiatan patroli antara UNIFIL, dalam hal ini Indobatt dengan LAF.
Ada juga kegiatan Random Check Point (RmCP) yang dilaksanakan secara acak bersama LAF dan SEMPU (Sector East Military Police Unit). Guna memantau tingkat kedisiplinan pasukan UNIFIL di daerah operasi dengan mengadakan pengecekan kelengkapan pergerakan personel dan kendaraan PBB. Yakni Kartu Identitas PBB, Surat Ijin Mengemudi dan surat ijin keluar kesatriaan dengan dilengkapi identitas kendaraan yang melaksanakan pergerakan.
Menambahkan hal tersebut di atas, Kepala Staf Operasi Indobatt Kapten Inf Arfan Johan menjelaskan, kegiatan operasional ini dilaksanakan secara rutin dan terjadwal selama 24 jam dengan durasi waktu 4 jam setiap patroli. Dilaksanakan oleh kompi-kompi dan dilaporkan secara berjenjang kepada Tactical Operation Center (TOC) Batalyon dan Sector East.
“Disamping kegiatan patroli yang dilaksanakan secara rutin, Indobatt juga memiliki 23 buah Observation Post (OP) atau pos pengamatan yang berada di dalam dan di luar pos/kesatriaan. Dari ke dua puluh tiga pos pengamatan tersebut, sembilan pos diantaranya terdapat di luar compound. Dan secara keseluruhan juga dilaksanakan oleh pasukan di garis depan guna memonitor perkembangan situasi di titik-titik rawan yang perlu diwaspadai. Hal ini terutama dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegiatan ilegal yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang bertikai dan dapat mengganggu stabilitas di wilayah Indobatt”, ujar Kapten Inf Arfan Johan yang berasal dari kesatuan Yonif 323/Raider Kostrad ini.
Lebih lanjut dikatakan, kesembilan OP yang berada diluar compound (pos/kesatriaan) Indobatt terdiri dari 5 buah Temporary Observation Post (TmOP) atau Pos Sementara yang dilaksanakan dari jam 09.00 pagi sampai dengan 19 sore dan 4 buah Permanent Observation Post (PmOP) dan dilaksanakan selama 24 jam.
Untuk menghadapi situasi darurat, terdapat pasukan cadangan yang selalu siaga 1x 24 jam di Markas Batalyon dan pada setiap kompi. Dengan kekuatan satu regu dan dikenal dengan istilah Batallion Mobile Reserves (BMR). Unit cadangan tersebut siap bergerak dalam waktu kurang dari 15 menit menuju sasaran, dalam rangka mengatasi insiden atau perkembangan situasi yang memerlukan bantuan dari pasukan siaga.
Sedangkan, menurut penuturan salah satu anggota patroli dari Kompi C, saat ditemui di lapangan. Dikatakan bahwa kesulitan yang ditemui saat melaksanakan kegiatan operasional terutama patroli adalah sempitnya jalan yang dilalui. Rute patroli dibandingkan dengan penggunaan Ranpur yang melewati pemukiman masyarakat. Sehingga diperlukan faktor kehati-hatian agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Lebih dari itu, masih terdapat rute-rute yang belum sepenuhnya bersih dari ranjau (UXO) dan sangat perlu diwaspadai.
Guna mengawasi pelaksanaan penghentian permusuhan tersebut, Indobatt melaksanakan kegiatan operasional berupa patroli Observation Post (OP) dan Check Point (CP), baik yang dilaksanakan sendiri maupun bersama dengan Lebanese Armed Forces (LAF). Di wilayah yang menjadi tanggung jawab Indobatt (Area of Operation), kegiatan operasional tersebut dilaksanakan oleh kompi-kompi yang adalah sebagai ujung tombak perjuangan Indobatt dalam misi perdamaian di Lebanon Selatan.
Dalam wawancaranya dengan Pen Satgas, Komandan Satgas Batalyon Mekanis XXIII-D/UNIFIL Letkol Inf Andi Perdana Kahar dengan didampingi Kepala Staf Operasi Indobatt Kapten Inf Arfan Johan menjelaskan panjang-lebar bagaimana kiprah pengabdian Indobatt dalam mengemban amanah PBB ini. Sesuai dengan rute dan Check point yang telah ditentukan dalam Area of Operation masing-masing kompi, tim patroli Indobatt senantiasa memantau perkembangan situasi yang terjadi dan kemudian melaporkan hal-hal menonjol kepada Sector East UNIFIL selaku satuan komando atas.
Selanjutnya Dansatgas mengatakan, kegiatan patroli, Check Point maupun OP ini dilaksanakan oleh satu regu berkekuatan sepuluh sampai dengan dua belas personel dipimpin oleh satu orang pejabat Komandan Regu. Dengan dilengkapi perlengkapan sesuai dengan program tetap yakni senjata, rompi, helm dan goggle, termasuk peta, kompas, teropong, GPS, alat komunikasi serta alat pengambilan dokumentasi apabila terjadi hal-hal yang memerlukan pembuktian untuk pelaporannya ke tingkat lebih atas. Patroli selalu menggunakan dua kendaraan tempur (VAB) yang dilengkapi dengan bendera United Nations sebagai identitas Pasukan Perdamaian PBB.
“Intensitas jumlah patroli yang dilaksanakan oleh kompi-kompi ini disesuaikan dengan tingkat level status atau tingkat kesiapsiagaan yang berlaku. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah patroli yang akan tergelar, sekaligus menunjukkan tingkat kerawanan yang terjadi di area operasi”, ujar Letkol Inf Andi Perdana Kahar lulusan Akmil tahun 1992 ini.
Selain patroli rutin yang dilaksanakan sendiri oleh kompi dalam bentuk Batallion Patrol (BAP), Patrol Around Position (PAP) dan Area Domination Patrol (ADP), terdapat pula patroli gabungan yang dilaksanakan bersama LAF dalam bentuk patroli Counter Rocket Launching Operation (CRLO). Dengan menggunakan kendaraan ringan dalam rangka mencegah terjadinya peluncuran roket di area operasi, sekaligus untuk meningkatkan kerjasama dalam kegiatan patroli antara UNIFIL, dalam hal ini Indobatt dengan LAF.
Ada juga kegiatan Random Check Point (RmCP) yang dilaksanakan secara acak bersama LAF dan SEMPU (Sector East Military Police Unit). Guna memantau tingkat kedisiplinan pasukan UNIFIL di daerah operasi dengan mengadakan pengecekan kelengkapan pergerakan personel dan kendaraan PBB. Yakni Kartu Identitas PBB, Surat Ijin Mengemudi dan surat ijin keluar kesatriaan dengan dilengkapi identitas kendaraan yang melaksanakan pergerakan.
Menambahkan hal tersebut di atas, Kepala Staf Operasi Indobatt Kapten Inf Arfan Johan menjelaskan, kegiatan operasional ini dilaksanakan secara rutin dan terjadwal selama 24 jam dengan durasi waktu 4 jam setiap patroli. Dilaksanakan oleh kompi-kompi dan dilaporkan secara berjenjang kepada Tactical Operation Center (TOC) Batalyon dan Sector East.
“Disamping kegiatan patroli yang dilaksanakan secara rutin, Indobatt juga memiliki 23 buah Observation Post (OP) atau pos pengamatan yang berada di dalam dan di luar pos/kesatriaan. Dari ke dua puluh tiga pos pengamatan tersebut, sembilan pos diantaranya terdapat di luar compound. Dan secara keseluruhan juga dilaksanakan oleh pasukan di garis depan guna memonitor perkembangan situasi di titik-titik rawan yang perlu diwaspadai. Hal ini terutama dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegiatan ilegal yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak yang bertikai dan dapat mengganggu stabilitas di wilayah Indobatt”, ujar Kapten Inf Arfan Johan yang berasal dari kesatuan Yonif 323/Raider Kostrad ini.
Lebih lanjut dikatakan, kesembilan OP yang berada diluar compound (pos/kesatriaan) Indobatt terdiri dari 5 buah Temporary Observation Post (TmOP) atau Pos Sementara yang dilaksanakan dari jam 09.00 pagi sampai dengan 19 sore dan 4 buah Permanent Observation Post (PmOP) dan dilaksanakan selama 24 jam.
Untuk menghadapi situasi darurat, terdapat pasukan cadangan yang selalu siaga 1x 24 jam di Markas Batalyon dan pada setiap kompi. Dengan kekuatan satu regu dan dikenal dengan istilah Batallion Mobile Reserves (BMR). Unit cadangan tersebut siap bergerak dalam waktu kurang dari 15 menit menuju sasaran, dalam rangka mengatasi insiden atau perkembangan situasi yang memerlukan bantuan dari pasukan siaga.
Sedangkan, menurut penuturan salah satu anggota patroli dari Kompi C, saat ditemui di lapangan. Dikatakan bahwa kesulitan yang ditemui saat melaksanakan kegiatan operasional terutama patroli adalah sempitnya jalan yang dilalui. Rute patroli dibandingkan dengan penggunaan Ranpur yang melewati pemukiman masyarakat. Sehingga diperlukan faktor kehati-hatian agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Lebih dari itu, masih terdapat rute-rute yang belum sepenuhnya bersih dari ranjau (UXO) dan sangat perlu diwaspadai.
Seluruh kegiatan operasional Indobatt dilaksanakan dengan berpedoman kepada ketentuan–ketentuan dan aturan yang berlaku di UNIFIL, antara lain Standardized Operating Procedures (SOP) dan Rules Of Engangement (ROE) sebagai pasukan pemelihara perdamaian yang profesional dan bermartabat. Demikian disampaikan Kasi Ops Indobatt lulusan Akmil tahun 2000 ini mengakhiri perbincangannya dengan Pen Satgas Indobatt (rst 113).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar