(Melaka - Malaysia, 8 April 2010). Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia – Indonesia (Malindo) Darsasa-7 AB/2010, memiliki arti dan manfaat yang sangat besar dan strategis bagi Indonesia dan Malaysia dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Tentera Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM). Demikian disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso pada upacara penutupan Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 di Melaka-Malaysia, Kamis (8/4/2010).
Manfaat bagi TNI dan ATM dalam latihan ini, antara lain : Pertama, meningkatkan kualitas dan kapasitas kerjasama militer TNI dan ATM di segala bidang, terutama berkaitan dengan upaya peningkatan profesionalisme prajurit kedua negara, sehingga terciptanya kesamaan prosedur pelaksanaan (Interoperability). Kedua, meningkatkan kemampuan dalam menjaga stabilitas keamanan regional Asia Tenggara, terutama bagi kedua negara dari segala bentuk ancaman terorisme dan bencana alam. Ketiga, memberikan kontribusi kepada pemerintah masing-masing, yang memberi dampak positif terhadap hubungan bilateral RI-Malaysia, guna memperkuat keamanan nasional masing-masing negara, terutama dalam menanggulangi ancaman terorisme internasional.
Selain itu, menurut Panglima TNI Latgabma Malindo Darsasa – 7 AB/2010 yang baru saja dilaksanakan, juga bisa memberikan “Deterrence Effect” yang ampuh sehingga pihak lawan akan mengurungkan niat jahatnya. Pada akhirnya akan berdampak pada kondisi keamanan kawasan Asia Tenggara yang semakin mantap.
Dijelaskan oleh Panglima TNI, bahwa Indonesia dan Malaysia adalah dua negara besar di kawasan regional Asia Tenggara. Dua negara serumpun, bertetangga secara langsung serta memiliki latar belakang tradisi dan budaya yang relatif sama. Dalam konteks kehidupan global, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai dan posisi yang sangat strategis, terutama bila ditinjau dari segi sosial budaya, perekonomian dan keamanan regional. Salah satu nilai strategis itu adalah karena eksistensi dan peran Selat Malaka, memposisikan Indonesia dan Malaysia sebagai pemangku utama, dalam mengawal, menjaga dan menjamin keamanan jalur logistik dunia.
Selat Malaka, adalah jalur lintas laut terpadat di dunia. Dari sisi keamanan dan perekonomian, Selat Malaka merupakan life-line dunia, karena menyambung atau mempertemukan belahan dunia Timur dengan Barat, Utara dengan Selatan. Kondisi ini menempatkan jalur laut Selat Malaka sebagai tempat yang rawan terjadinya tindak terorisme yang dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan.
Sebagai Negara bertetangga yang memiliki kepentingan yang sama terhadap jalur laut Selat Malaka, maka adalah wajar, apabila Indonesia dan Malaysia atau TNI dan ATM, senantiasa berupaya meningkatkan kerjasama di segala bidang, guna memadukan segala langkah di lapangan, baik yang bersifat strategis, operasional maupun taktis.
Langkah-langkah seperti itu, pada dasarnya merupakan jawaban, bahwa para pemangku keamanan di kawasan ini, khususnya RI-Malaysia mampu mengawal keamanan regional pada umumnya dan keamanan Selat Malaka pada khususnya, tegas Panglima TNI.
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yang berlangsung selama 15 hari mulai tanggal 25 Maret sampai dengan 8 April 2010 di 3 tempat seperti Eerly Resort Hotel, Selat Malaka dan Lapangan Terbang Batu Berendam di Malaysia, mengangkat tema : ” Pasukan Komando Tugas Gabungan Khusus Malindo beserta komponen lainnya melaksanakan operasi gabungan bersama dalam rangka menanggulangi aksi terorisme dan dampak bencana bagi kemanusiaan yang terjadi di wilayah kedua negara atau wilayah tertentu ”, telah berhasil menciptakan Capacity Building dan Confidence Building Measures (CBM), kesamaan pola pandang dan pola tindak dalam menanggulangi terorisme serta Prosedur Tetap Bersama Nomor 16, 17, 18 dan 19, tentang penanggulangan terorisme.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 ini harus senantiasa dipelihara dan ditingkatkan di masa-masa mendatang, demikian kata Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso(rstm 113).
Manfaat bagi TNI dan ATM dalam latihan ini, antara lain : Pertama, meningkatkan kualitas dan kapasitas kerjasama militer TNI dan ATM di segala bidang, terutama berkaitan dengan upaya peningkatan profesionalisme prajurit kedua negara, sehingga terciptanya kesamaan prosedur pelaksanaan (Interoperability). Kedua, meningkatkan kemampuan dalam menjaga stabilitas keamanan regional Asia Tenggara, terutama bagi kedua negara dari segala bentuk ancaman terorisme dan bencana alam. Ketiga, memberikan kontribusi kepada pemerintah masing-masing, yang memberi dampak positif terhadap hubungan bilateral RI-Malaysia, guna memperkuat keamanan nasional masing-masing negara, terutama dalam menanggulangi ancaman terorisme internasional.
Selain itu, menurut Panglima TNI Latgabma Malindo Darsasa – 7 AB/2010 yang baru saja dilaksanakan, juga bisa memberikan “Deterrence Effect” yang ampuh sehingga pihak lawan akan mengurungkan niat jahatnya. Pada akhirnya akan berdampak pada kondisi keamanan kawasan Asia Tenggara yang semakin mantap.
Dijelaskan oleh Panglima TNI, bahwa Indonesia dan Malaysia adalah dua negara besar di kawasan regional Asia Tenggara. Dua negara serumpun, bertetangga secara langsung serta memiliki latar belakang tradisi dan budaya yang relatif sama. Dalam konteks kehidupan global, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai dan posisi yang sangat strategis, terutama bila ditinjau dari segi sosial budaya, perekonomian dan keamanan regional. Salah satu nilai strategis itu adalah karena eksistensi dan peran Selat Malaka, memposisikan Indonesia dan Malaysia sebagai pemangku utama, dalam mengawal, menjaga dan menjamin keamanan jalur logistik dunia.
Selat Malaka, adalah jalur lintas laut terpadat di dunia. Dari sisi keamanan dan perekonomian, Selat Malaka merupakan life-line dunia, karena menyambung atau mempertemukan belahan dunia Timur dengan Barat, Utara dengan Selatan. Kondisi ini menempatkan jalur laut Selat Malaka sebagai tempat yang rawan terjadinya tindak terorisme yang dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan.
Sebagai Negara bertetangga yang memiliki kepentingan yang sama terhadap jalur laut Selat Malaka, maka adalah wajar, apabila Indonesia dan Malaysia atau TNI dan ATM, senantiasa berupaya meningkatkan kerjasama di segala bidang, guna memadukan segala langkah di lapangan, baik yang bersifat strategis, operasional maupun taktis.
Langkah-langkah seperti itu, pada dasarnya merupakan jawaban, bahwa para pemangku keamanan di kawasan ini, khususnya RI-Malaysia mampu mengawal keamanan regional pada umumnya dan keamanan Selat Malaka pada khususnya, tegas Panglima TNI.
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 yang berlangsung selama 15 hari mulai tanggal 25 Maret sampai dengan 8 April 2010 di 3 tempat seperti Eerly Resort Hotel, Selat Malaka dan Lapangan Terbang Batu Berendam di Malaysia, mengangkat tema : ” Pasukan Komando Tugas Gabungan Khusus Malindo beserta komponen lainnya melaksanakan operasi gabungan bersama dalam rangka menanggulangi aksi terorisme dan dampak bencana bagi kemanusiaan yang terjadi di wilayah kedua negara atau wilayah tertentu ”, telah berhasil menciptakan Capacity Building dan Confidence Building Measures (CBM), kesamaan pola pandang dan pola tindak dalam menanggulangi terorisme serta Prosedur Tetap Bersama Nomor 16, 17, 18 dan 19, tentang penanggulangan terorisme.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 ini harus senantiasa dipelihara dan ditingkatkan di masa-masa mendatang, demikian kata Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso(rstm 113).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar